Bisakah saya ikut asuransi?

Ketika terjun kedalam profesi ini, tujuan agen asuransi adalah saya harus menyelamatkan mereka yang kemungkinan besar terpuruk ketika tulang punggungnya mendapatkan resiko (tua, wafat, sakit). Siapa2 sajakah mereka ? mereka adalah keluarga dengan single income. Mengapa demikian ?

Ambillah ilustrasi sebuah keluarga kecil bahagia dan (saat ini) sejahtera dimana sang Ayah minimal memberikan Rp. 5 jt/bulan kepada istrinya untuk dikelola setiap bulannya dengan tidak lupa menyisihkan untuk tabungan sebesar (misalnya) 1 jt/bulan untuk bisa dinikmati saat usia pension tiba (55 tahun). Namun apa daya usia 45 sang ayah dipanggil Allah. Alih2 menikmati usia pension, sang istri justru kehilangan Rp. 5 jt/bulan dan mau tidak mau mengambil uang tabungan sebagai penyambung hidup. Coba kita hitung. Setahunnya sang ayah yang biasanya contribute 60jt kali ini 60 jt tersebut hilang, setidaknya sang istri kehilangan kesempatan untuk mendapatkan 600 jt (hingga usia suami 55 tahun).

Coba bayangkan seandainya sang istri mau menyisihkan sebagian kecil saja dari penghasilan suami untuk membeli asuransi. Tujuannya ? melindungi penghasilan suami, tentu saja. Jiwa tidak bisa dilindungi, asuransi jiwa bukan melindungi jiwa, namun melindungi penghasilan. Coba kita lihat lagi, seandainya saja keluarga tersebut memiliki polis senilai Uang Pertanggungan 600 jt saja, maka selamatlah keluarga tersebut dari stress masalah keuangan, setidaknya ada jalan keluar untuk masalah keuangan sepeninggal pencari nafkah.

Back to topic, disekeliling saya banyak sekali mereka yang hidup dengan single income, gak usah jauh2 deh, saya tinggal di lingkungan penduduk asli yang mayoritas bermatapencaharian tukang ojek, kuli bangunan, tukang becak. Seorang tukang ojek langganan saya, memiliki 1 anak, istri, tinggal di rumah petak, tiap harinya membawa uang 35-50rb sebagai hasil ngojek seharian. Pekerjaannya sangat penuh resiko. Bisa dibayangkan bial terjadi sesuatu yang tidak diharapkan kepada tukang ojek tersebut ?namun bisa dibayangkan bila ia menyisihkan 3000-5000 saja per hari untuk bisa membeli polis asuransi jiwa ?

Dari sini saya ingin sekali memberikan pemahaman pentingnya asuransi kepada beliau ini.

Kebetulan ia sering mengantar saya bepergian ke rumah klien. Sedikit banyaknya saya transfer pelan2 pemahaman ini sembari saya duduk di boncengan motornya, hingga suatu hari ia mulai bertanya2 “kalau orang kayak saya bisa gak punya asuransi, bu?”. Duh leganya ketika ia mulai bertanya hal tersebut, sedikitnya ia mulai “mikir”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar